Dikutip dari Mashable, Selasa, 19 Juni 2012, kesimpulan ini diambil tim peneliti dari Universitas Sains dan Teknologi Missouri, Amerika Serikat, setelah meneliti perilaku 216 mahasiswa dalam mengakses Internet sekaligus memeriksa kondisi kejiwaannya.
Dalam pemeriksaan itu ditemukan bahwa 30 persen dari responden memiliki gejala depresi, sejalan dengan angka resmi pemerintah Amerika yang menyebutkan 10 sampai 40 persen mahasiswa memiliki masalah kejiwaan tersebut.
Tim peneliti kemudian membandingkan kebiasaan yang dimiliki kedua kelompok mahasiswa ini. Hasilnya ditemukan bahwa terdapat beberapa perilaku yang cenderung ditunjukkan oleh responden dengan gejala depresi.
Kebiasaan itu antara lain mengecek e-mail secara terus-menerus dan cenderung obsesif, menonton banyak video, dan sering berpindah-pindah menggunakan aplikasi. Tingkat menonton video, bermain game, atauchatting yang tinggi juga dinyatakan peneliti berkaitan dengan depresi.
Tim peneliti menyatakan sebenarnya sudah diprediksi sebelumnya bahwa beberapa kebiasaan memiliki korelasi dengan depresi.
Riset dari pakar psikologi Janet Morahan Martin dan Phyllis Schumacher menyebutkan bahwa kebiasaan sering mengecek e-mail mungkin berhubungan dengan rasa gelisah tingkat tinggi yang berkorelasi dengan gejala depresi.
Sementara itu, penggunaan aplikasi yang terus berganti-ganti, seperti darie-mail ke chatroom lalu ke aplikasi game, disebutkan berhubungan dengan masalah konsentrasi yang juga merupakan gejala dari depresi.
Para peneliti mengatakan, ke depannya, mereka akan mencoba menemukan korelasi antara penggunaan Internet dan gangguan kesehatan lain yang berhubungan dengan masalah kejiwaan, seperti anoreksia, bulimia, ADHD, dan schizopherenia. Tujuan akhirnya adalah menciptakan sebuah software yang dapat memberikan peringatan bagi penggunanya bahwa mereka memperlihatkan gejala penyakit kejiwaan tersebut saat mengakses Internet.
[http://www.tempo.co]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar