Kantor berita Turki Anadolu Ajansı melaporkan, Kamis (14/6), 500 penduduk Al-Araqib sepakat mengirim petisi ke markas Guinness di Ibu Kota London, Inggris, secepatnya. Langkah ini merupakan wujud protes kepada dunia Internasional karena Israel berkali-kali menzalimi hak mereka.
Warga Al-Araqib kebanyakan keturunan Arab dan tinggal di wilayah itu sejak masa Kekaisaran Ottoman, Turki, di abad ke-18. Pemerintah Israel selalu menghancurkan rumah-rumah mereka karena dianggap tidak berizin. Setiap kali buldoser Zionis merobohkan, masyarakat langsung membangun rumah kembali.
Alasan Israel bolak-balik mengusir mereka dianggap juru bicara desa, Awad Abu Farih, mengada-ada. "Pemerintah Zionis ingin kami minggat, padahal kami punya dokumen resmi menyatakan nenek moyang warga di sini tinggal sejak zaman Ottoman," ujar dia. Selain dokumen, warga mengaku makam sanak saudara di wilayah Al-Araqib berusia tua merupakan bukti mereka pemilik sah lahan yang diklaim pemerintah Israel itu.
Meski mengirim surat resmi ke Guinness supaya diliput media Internasional, Farih menegaskan warga tidak berharap terlalu banyak. Mereka mengaku perlawanan utama pada Israel adalah tetap bermukim di sana. "Desa kami contoh nyata diskriminasi Israel pada warga Arab. Kami tidak akan pergi meski mereka meratakan rumah-rumah di sini hingga 99 kali sekalipun," kata Farih.
Desa ini dihancurkan terakhir kali 23 Mei lalu. Saat itu, ada sekitar 40 rumah warga diratakan buldoser. Sejauh ini belum ada catatan korban jiwa timbul akibat pengusiran itu. Namun Farih mengaku warga selalu cemas karena penghancuran bisa dilakukan Israel sewaktu-waktu.
[http://www.merdeka.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar